Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Seledri (Apium Graveolens) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

Authors

  • Erlin Kurniawati Sholihah Universitas Kusuma Husada Surakarta
  • Sardjiman Universitas Kusuma Husada Surakarta
  • Joko Santoso Universitas Kusuma Husada Surakarta

Keywords:

Antibakteri, Tanaman seledri, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa

Abstract

Infeksi adalah penyakit yang terjadi akibat mikroorganisme patogen. Patogen penginfeksi meliputi virus, bakteri, jamur dan parasit. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif yang menyebabkan infeksi pada saluran kemih (ISK). Sedangkan Stapylococcus aureus menyebabkan penyakit infeksi kulit. Bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan infeksi salah satunya adalah tanaman seledri (Apium graveolens) yang mengandung flavonoid, saponin dan tannin. Berkhasiat sebagai antiradang, antijamur, antikanker dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dengan perbandingan konsentrasi ekstrak daun seledri (Apium graveolens) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.  Metode penelitian ini yaitu eksperimental post test only control group design. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun seledri terhadap bakteri Staphyloccus aureus pada KI dosis 50 mg daya hambat 11,63 mm, KII dosis 100 mg daya hambat 15,93mm, KIII dosis 150 mg daya hambat 17,50mm, KIV dosis 200 mg daya hambat sebesar 21,9 mm, KV kontrol (+) chloramphenicol daya hambat 22,13 mm dan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa KI dosis 50 mg daya hambat 10,45 mm, KII dosis 100 mg daya hambat 12,63 mm, KIII dosis 150 mg daya hambat 14,13 mm, KIV dosis 200 mg daya hambat 15,70 mm, KV (+) Ciprofloxacin daya hambat 22,13 mm. Kesimpulan penelitian ini adalah dosis ekstrak daun seledri yang memiliki aktivitas menghambat bakteri Staphylococcus aureus   adalah KIV 200 mg dengan daya hambat sebesar 21,9 mm dan memiliki potensi antibakteri sebesar 98,96 % lebih baik dibandingkan Pseudomonas aeruginosa adalah KIV 200 mg daya hambat 15,70 mm dan memiliki potensi antibakteri sebesar 70,94%.

References

WHO (2019). Contraception. World Health Organization The Global Health

Mutsaqof, Ahmad Aniq Noor, et al. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Infeksi Menggunakan Forward Chaining. J Itsmart: Jurnal Teknologi dan Informasi, 2015, 4.1: 43-47.

Wu, W., Jin, Y., Bai, F., dan Jin, J. (2015). Pseudomonas aeruginosa. In Molecular Medical

Microbiology Volume 2 (Eecond Edi). Academia Press.

Frieri, M., Kumar, K. dan Boutin, A. (2017). Antibiotic resistance. Journal of Infection and

Public Health, 10(4): 369-378.Jawetz, Melnick, & Adelberg. (2012). Mikrobiologi

Kedokteran. In Mikrobiologi:Jakarta.

Jawetz, Melnick, & Adelberg. (2012). Mikrobiologi Kedokteran. In Mikrobiologi:Jakarta.

Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Republik Indonesia 2015, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI:

Rachmawati, A. (2019). Pengaruh Pemberian Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium cepa L.)

terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)

Majidah, D. (2014). Daya antibakteri ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.)terhadap

pertumbuhan Streptococcus mutans sebagai alternatif obat kumur.

Downloads

Published

2024-08-07

How to Cite

Erlin Kurniawati Sholihah, Sardjiman, & Joko Santoso. (2024). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Seledri (Apium Graveolens) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa. Jurnal Kesehatan Republik Indonesia, 1(8), 112–118. Retrieved from https://jurnal.intekom.id/index.php/jkri/article/view/633